Dengan Teknologi Sederhana Mesir Bisa Mengalahkan Israel dalam Perang 1973

Written By Malim Sempurna on Kamis, 08 September 2011 | 10.19


Latar Belakang
Perang Enam Hari yang terjadi pada tahun 1967 telah mengubah peta wilayah teritorial Israel dan negara-negara tetangganya secara drastis. Berkat perencanaan operasi militer yang cermat selama 16 tahun, Israel berhasil mengalahkan militer Mesir, Suriah dan Yordania sekaligus memperluas wilayah negaranya hingga tiga kali lipat. Israel berhasil merebut seluruh Semenanjung Sinai dari Mesir dan membangun garis pertahanan di sisi timur Terusan Suez.
israel-post-1967
Gambar 1 Wilayah Israel pasca Perang Enam Hari 1967 (Sumber : http://www.ismi.emory.edu)
Mesir di bawah Presiden Sadat telah berusaha untuk dapat merebut kembali Semenanjung Sinai dengan kekuatan militer. Untuk dapat melakukannya, militer Mesir harus dapat menyeberangkan personil dan kendaraan lapis baja menyeberangi Terusan Suez dengan cepat sebelum militer Israel dapat memberikan respon yang berarti. Tugas ini tidaklah ringan karena terdapat hambatan utama : garis pertahanan Bar-Lev.
Garis Bar-Lev
Garis Bar-Lev adalah garis pertahanan yang dibangun oleh Israel di sisi Timur Terusan Suez. Garis pertahanan yang dibangun ini merupakan ide dari Jenderal Haim Bar-Lev, Kepala Staf Israel Defence Forces (IDF) saat itu, untuk menahan laju serangan pasukan Mesir ke arah gurun Sinai.
Garis ini terdiri atas dinding bukit pasir di sepanjang terusan Suez dan serangkaian pos benteng yang konstruksinya diperkuat dengan beton. Dinding bukit pasir tersebut memiliki tinggi 20 hingga 22 meter dengan sudut inklinasi sebesar 45 derajat. Dibelakang dinding bukit pasir ini terdapat serangkaian pos jaga yang terletak dengan interval setiap 4 kilometer yang dilengkapi dengan artileri, senapan mesin dan tank, dan setiap posnya dijaga oleh 15 orang personil. Pos jaga dibuat dari beton yang diperkuat dan dibangun hingga beberapa tingkat di bawah tanah dan dirancang untuk dapat menahan serangan udara dengan bom sebesar 500 kg dari pesawat-pesawat Mesir.
Sebagai pengamanan tambahan, pihak Israel membangun jaringan pipa di bawah permukaan air Terusan Suez yang siap mengalirkan minyak dan membakarnya dengan api untuk mencegah penyeberangan yang dilakukan oleh pasukan Mesir. Garis Bar-Lev dibangun dengan sangat kuat dan lengkap sehingga pembangunan garis pertahanan tersebut memakan biaya sebesar 500 juta dollar AS.

Demikian kuatnya Israel membangun garis pertahanan Bar-Lev sehingga Moshe Dayan, menteri pertahanan Israel saat itu berkata bahwa dibutuhkan pasukan AS dan Soviet bekerja sama sekaligus untuk dapat menembus garis Bar-Lev.


Strategi Mesir
Untuk dapat menguasai Sinai, militer Mesir harus dapat menyeberangi Terusan Suez dan menembus garis pertahanan Bar-Lev. Artiya, mereka harus dapat menetralisir pipa penyalur minyak pembakar di bawah permukaan terusan Suez, menembus dinding bukit pasir di sepanjang garis Bar-Lev dan memindahkan pasukan infanteri dan kavalerinya dalam waktu yang relatif cepat.
Dinding pasir pada garis Bar-Lev yang tinggi (22m) dan dengan inklinasi yang besar itu (45 derajat) diestimasi terdiri atas 1,5 miliar meter kubik pasir, dan tidak dapat langsung didaki oleh kendaraan lapis baja maupun dihancurkan dengan artileri. Penggunaan bahan peledak pun tidak berhasil meratakan bukit-bukit pasir tersebut. Penggunaan perangkat penggalian konvensional akan membutuhkan waktu berhari-hari untuk dapat menggali sebuah celah dan untuk itu dibutuhkan kondisi operasi yang ideal tanpa adanya serangan dari militer Israel. Bahkan penasihat militer Soviet yang ditugaskan untuk membantu Mesir mengatakan bahwa dibutuhkan bom atom untuk dapat meratakan dinding pasir pada garis Bar Lev. Dihadapkan pada jalan buntu, militer Mesir harus mencari cara inkonvensional untuk dapat menembus garis BarLev.
Sementara itu, beberapa insinyur militer Mesir yang terlibat dalam pembangunan bendungan Aswan memiliki ide baru. Dalam megaproyek tersebut, mereka menggunakan semprotan air (water cannon) untuk meratakan bukit-bukit pasir di Aswan. Militer Mesir segera meminjam beberapa buah pompa air bertekanan tinggi asal Inggris dan Jerman dari Dinas Pemadam Kebakaran Kairo dan melakukan ujicoba sejak September 1969. Hasilnya, dalam waktu satu jam teknik ini dapat memindahkan 500 meter kubik pasir. Setelah melakukan berbagai ujicoba, militer Mesir berkesimpulan bahwa sebuah celah yang cukup besar untuk dilalui kendaraan lapis baja dapat dibuat dalam waktu tiga hingga empat jam. Militer Mesir segera memesan ratusan pompa air bertekanan tinggi tenaga diesel dari Inggris dan Jerman beserta ribuan roda dari Piaggio yang akan digunakan pada gerobak tarik.

Hari H
Tanggal 6 Oktober 1973, pukul 14.30 waktu setempat, serangan Mesir dimulai. Pesawat-pesawat udara Mesir meluncur untuk menghancurkan pusat komando IDF di Sinai. Sementara itu, puluhan perahu kayu berukuran 1,5 ton mendekati sisi timur Terusan Suez yang dikuasai Israel. Di geladak perahu-perahu Mesir tersebut terdapat sejumlah pompa air bertekanan tinggi bertenaga diesel yang masing-masing beratnya 205 kg. Pasukan Zeni Mesir mengoperasikan pompa-pompa tersebut untuk mengisap air dari Terusan Suez dan menembakkannya dengan selang ke arah bukit-bukit pasir di beberapa tempat di sepanjang Garis Bar-Lev.
Sementara itu, artileri Mesir memberikan perlindungan dengan memberikan serangan tanpa henti ke arah bunker-bunker Israel, menghujani garis Bar-Lev dengan 10.500 tembakan pada menit pertama dan terus menerus selama 53 menit non stop. Usaha Israel untuk melepaskan minyak pembakar ke Terusan Suez dan membakarnya gagal dilakukan karena pada malam sebelumnya, diam-diam pasukan katak Mesir berhasil menetralisir pipa pembuangan minyak bakar Israel dengan cara menyumbatnya dengan adonan beton.
d-day
Gambar 2  Serangan Mesir pada Garis Bar-Lev (Sumber : The Yom Kippur War 1973 : The Sinai, Simon Dunstan, Osprey Publishing, 2007)
Pada saat yang bersamaan 1600 buah perahu karet mengangkut 8000 orang pasukan infanteri gelombang pertama juga mendarat di sisi timur Terusan Suez dan segera berlari mendaki bukit pasir yang menghalangi mereka dengan bunker-bunker Israel. Di barisan belakang tampak ratusan gerobak-gerobak beroda empat yang berisikan total 306 ton rudal anti tank Strela, dan rudal anti pesawat udara untuk menghancurkan tank-tank yang menjaga bunker-bunker Israel. Mengingat bukit pasir dengan sudut inklinasi yang cukup besar (45 derajat) tidak memungkinkan gerobak tersebut ditarik oleh mobil atau truk, maka gerobak-gerobak tersebut ditarik oleh pasukan infanteri Mesir. Kerja keras pasukan Mesir mendorong gerobak-gerobak tersebut tidak sia-sia. Dalam waktu 24 jam berikutnya, rudal-rudal dalam gerobak tersebut berhasil menghancurkan lebih dari 200 tank Israel.[vi]
Setelah kurang lebih tiga jam dihantam oleh air bertekanan tinggi, bukit-bukit pasir di garis Bar-Lev mulai mengalami longsor dan menjadi lebih rata. Pasukan Zeni Mesir segera mendaratkan bulldozer mereka untuk meratakan pasir yang tersisa dan memasang steel pad agar celah tersebut bisa dilalui kendaraan lapis baja kavaleri Mesir. Dalam waktu sepuluh jam, 60 celah telah terbentuk di sepanjang garis Bar-Lev, diikuti dengan pembuatan sepuluh jembatan untuk menyeberangkan truk, kendaraan lapis baja pengangkut pasukan dan tank. Pasukan Zeni Mesir juga membuat tempat pendaratan bagi tiga puluh lima ferry yang akan mengangkut pasukan infanteri. Pada saat matahari terbit keesokan harinya, 50 ribu pasukan Mesir telah mendarat di sisi timur Terusan Suez, disertai kendaraan pengangkut pasukan dan 400 tank Mesir.
crossing1
Gambar 3  Celah yang dibuat pasukan Mesir
crossing2
crossing3
Gambar 4  Jembatan penyeberangan pasukan Mesir
Penggunaan teknologi sederhana
Dalam hari pertama perang 1973 ini, terlihat bahwa Mesir menggunakan teknologi sederhana untuk mengatasi hambatan-hambatan yang tidak dapat diatasi dengan teknologi modern karena faktor alam maupun tuntutan kerahasiaan operasi.
Penggunaan adonan beton oleh pasukan katak Mesir untuk menyumbat pipa penyalur minyak pembakar Israel, misalnya, merupakan solusi yang ideal dibandingkan opsi untuk meledakkannya yang berpotensi membocorkan rencana serangan keesokan harinya.
Penghancuran bukit-bukit pasir menggunakan semburan air dari pompa air juga merupakan cara inovatif yang sebenarnya sangat sederhana dan efektif, dibandingkan dengan menggunakan bom atom sebagaimana diutarakan oleh penasihat militer Soviet.
Penggunaan tenaga manusia untuk menarik gerobak-gerobak berisi amunisi dan rudal juga merupakan solusi kreatif untuk mengatasi ketidakmampuan kendaraan untuk melakukan tugas tersebut akibat kendala alam (lapisan pasir dan inklinasi).
Penutup
Teknologi merupakan force multiplier bagi sebuah angkatan bersenjata. Namun dalam beberapa kasus, penggunaan teknologi yang canggih mungkin tidak cocok untuk digunakan karena berbagai kendala. Dalam menghadapi situasi itu, diperlukan solusi-solusi yang inovatif dimana seringkali teknologi dan cara yang lebih inferior dan primitif justru dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada.

sumber 
 Untuk belanja klik disini
 

0 komentar:

Posting Komentar

Me

Foto saya
Malim Sempurna Berasal dari Lae Mate, Kota Subulussalam - Aceh. Selama 5 tahun belakangan ini telah menetap di Mesir Okotober 2005 - sekarang

Pengikut

Sila Komen